Harga Kedelai Impor Naik Terus, Petani Enggan Beralih Ke Kedelai Lokal
Ekonomi JUM'AT, 22 JANUARI 2021 , 16:22:00 WIB | LAPORAN: ALMIRA NINDYA
RMOLJateng. Harga kedelai impor bahan pembuat tahu dan tempe masih tinggi, Rp 9500/kg, dari harga normal Rp 6.500. Demi bertahan, perajin tahu dan tempe mengurangi produksinya. Bila biasanya sekali produksi 50 kg kedelai, kini hanya 20-25 kg saja.
"Harga masih tinggi, ongkos produksinya tidak cukup. Terpaksa produksi separuh saja," ungkap Joko, perajin tempe yang ditemui saat membeli kedelai di pasar Ir Soekarno Sukoharjo, Jumat (22/1).
Kenapa tidak beralih ke kedelai lokal, sejumlah perajin tidak mau. Selain kualitasnya jelek, barangnya juga sulit ditemukan di pasaran.
Pengrajin tahu dari Kartasura, Puryono mengatakan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan kedelai lokal kurang diminati.
"Kedelai lokal itu banyak kotorannya, tingkat kebersihannya kurang dan hasil produksi dari kedelai lokal tidak memenuhi kebutuhan," ungkapnya.
Dikonfirmasi terpisah, Netty Harjianti, kepala Dinas Pertanian dan Perikanan (Dispertan) Kabupaten Sukoharjo sempat menyarankan para pengrajin tahu dan tempe di Sukoharjo, agar beralih ke kedelai lokal.
"Realisasi panen kedelai lokal kita ditahun 2020 seluas 1.727 hektare, dengan produktivitas rata-rata 27,36 kwintal per hektar dan produksi kita mencapai 4.805 ton biji kering," kata Netty.
Harga kedelai lokal juga lebih terjangkau, dengan harga dari petani saat panen dikisaran harga Rp 6.500 per kilo gram.
Ditambah lagi, perhatian pemerintah pusat terhadap tanaman kedelai juga menawarkan bantuan program tanam kedele yang difasilitasi benih dan pupuknya seluas 3.000 hektar ditahun ini.
"Tapi minat kedelai lokal kita menurun, pengrajin tahu dan tempe kurang meminati kedelai lokal karena kualitasnya yang kalah bagus dengan kedelai impor," ucapnya.
"Jika kedele lokal dirasakan kurang baik kualitasnya oleh para pengrajin tahu dan tempe karena banyak kotoran, mari kita perbaiki bersama pasca panennya," imbuhnya.
Netty mengatakan, perlu diadakan MOU antara paguyuban pengrajin tahu dan tempe dengan kelompok tani, agar petani semangat menanam kedele dengan jaminan pemasaran yang menguntungkan.
Selain itu, petani kedelai lokal juga perlu difasilitasi dan mendapat dukungan sarana prasarana seperti alat mesin pasca panen dari APBD Kabupaten/provinsi dan APBN. [jie]
Komentar Pembaca
Shopee Siap Jangkau UMKM di Daerah Tertinggal
JUM'AT, 26 FEBRUARI 2021
AXA Mandiri Mudahkan Klaim Nasabah Cukup Dengan ...
KAMIS, 25 FEBRUARI 2021
Tidak Mau Direlokasi, PKL Kali Es Audiensi Denga ...
RABU, 24 FEBRUARI 2021
ASN dan Perangkat Desa Diminta Jadi Panutan Pela ...
RABU, 24 FEBRUARI 2021
Habis Gelap Terbitlah Terang di Rumah Orang Ping ...
RABU, 24 FEBRUARI 2021
Asuransi Usaha Tani Padi, Pemprov Jateng Sediaka ...
RABU, 24 FEBRUARI 2021