Lockdown Saja Sampai Tuwek
Lockdown Saja Sampai Tuwek
Catatan Jayanto SENIN, 20 APRIL 2020 , 20:40:00 WIB | OLEH: JAYANTO ARUS ADI
KOLOM Jayanto Arus Adi - Pandemi Corona yang lebih spesifik dengan sign Covid 19 membuat jagad ini terguncang. Ya terguncang, bahkan keras karena nyaris membuat seluruh tatanan ekonomi merot. Merot artinya mengsle alias acak kadut. Dalam istilah Jawa merot mungkin bisa juga disepadankan dengan mencrot. Semua mencrot alis merot bin acak kadut tadi.
Donald Trump sang presidennya pun menjadi seperti salah tingkah. Simak ujaran presden gaek ini gagal fokus, dan tak jelas juntrungnya. Pernyataan pernyataan seperti petir di siang bolong nyamber nyamber tanpa jelas arahnya.
Kita mafhum arah Trump sebenarnya mau menyodok Cina. Ahai, tetapi dalam situasi pandemi Covid-19 seperti sekarang, mereka seperti layang layang lagi diterpa angin, walhasil justru terbang meninggi. Dari paparan korban saja Amerika keser keser lantaran di Negera Bagian New York korban meninggal jumlahnya fantastis. Meski secara statistik global jumlah korban di AS masih kalah dengan Italia, tetapi pandemi ini benar benar menampar Trump.
Pekerjaan rumah suami dari Melanie ini pun jadi bertambah. Untuk diketahui dia baru saja bengeb digebuki Parlemen bahkan nyaris kena impeachment. Ibarat orang sakit belum sepenuhnya sembuh, sekarang sudah dihajar Covid 19. Wajar saja polahnya jadi serba salah. Pandemi tak hanya merontokkan ekonomi Amerika, tetapi kecenderungan ini sekaligus menjadi mimpi buruk.
Betapa tidak sang presiden gaek itu sebentar lagi mesti bersiap bin ancang ancang maju lagi. Itu artinya kalau ekonomi compang camping , maka langkah Trump untuk maju tak bisa tegap, tapi rempok terseok seok.
Ngeri ngeri.....
Pandemi Corona membuat dunia kalang kabut. Indonesia belakangan menghadapi sindroma serupa. Di Jakarta korban berjatuhan. Ibukota menjadi episentrum pandemi covid negeri ini. Karenanya Anis Baswedan sang gubernur kalang kabut berupaya menangkali. Dia mengusulkan lockdown, seperti biasa policynya tak sejurus dengan program pemerintah pusat. Kontroversi mencuat tak ayah lagi jadi komoditas pencitraan yang kelas kaki lima, hheheheh
Anis kenceng mengusulkan Jakarta dilockdown. Sebaliknya Jokowi mantap menolak opsi lockdown.
Kalau Cina sukses dengan lockwon, juga Vietnam dan Taiwan tidak berarti cara itu menjadi formula tepat di Indonesia. Sekarang ini langkah yang ditempuh ada lah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sejumlah pertimbangan, mengapa lockdown tidak menjadi pilihan, dan mengapa harus PSBB nara argumentatif pemerintah menurut hemat saya sangat rasional.
Maaf, saya termasuk yang tidak terlalu panik dengan dampak pandemi ini. Menjadi riuh dan gempar dengan segala silang karut kontroversinya adalah balutan muatan politiknya. Paradigma yang berkembang adalah tidak utuh dan terkonsolidasi secara baik upaya upaya yang secara rasional mesti ditempuh.
Distorsi demokrasi dengan euforianya yang tak subtantif melebarkan eskalasi pandemi pada banyak ranah yang mestinya tak perlu terjadi. Ya,menggarisbawahi fenomena politik yang membalut persoalan ini, maka anlisa saya juga mengarah Covid 19 menjadi semacam kuda troya untuk mengacak acak konstelasi dunia.
Petualangan Cina dengan pertumbuhan ekonominya menjadi monster status quo. Seperti di kejar hantu Amerika dibuat lari terbirit birit sembari terkencing kencing. Di pihak lain Indonesia sedang mencoba mencari peruntungan sendiri. Jokowi sebagai juragan baru, tak seperi pendahulu pendahulunya.
Harus diakui terkait diplomasi luar negeri juga politiknya Jokowi lebih jago dibanding presisden sebelumnya, kecuali Soekarno. Sikapnya yang lunak tetapi tidak tunduk, progresif tetapi tidak mendikter, dan teguh namun tidak sombong dapat dirasakan lewat capain capaian yang elok. Di forum PBB misalnya, Indonesia berhasil menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan tidak lain karena keberhsilan diplomasi.
Nah, kembali ke soal pandemi korona, sikap Jokowi tak serta merta setuju lockdown juga setali tiga uang dengan keijakan di atas. Karena kebijakan pemerintah pusat lewat otonomi, kemudian sistem penganggaran melalui DAU dan DAK, apalagi sekarang kucuran Dana Desa, secara akumulatif jumlah anggaran yang dikucurkan rasiosnya sangat signifikan.
Karenanya jika dalam mengatasi sebaran pandemi covid 19 adalah melalui lockdown dan budget resiko ditanggung pemerintah pusat, maka negeri ini akan remuk. Sebaliknya pemerintah daerah masih bisa beulah karena cadangan anggarannya masih memadai. Aspek iilah, maka Jokowi tak memilih lockdwon, namun PSBB. Kebijakan ini bukan hanya langkah strategis, namun
sekaligus manuver offensif agar langkahnya tak jadi bulan bulan seteru politik.
Jadi jangan harap lockdown bakal ditempuh, mengingat untuk pilihan yang satu itu resikonya tak main main, yakni mahal, bisa jadi saat ekonomi chaos justru akan jadi alat untuk mendesak Jokowi lengser. Lockdown saja sampai tuwek, karena itu tak bakalan terjadi. Kira kira begitulah pemeonya.
•Jayanto Arus Adi, Pimpinan Umum RMOL Jateng, anggota Pokja Hukum Dewan Pers
Komentar Pembaca
Demokrasi Semprul
MINGGU, 08 NOVEMBER 2020
Langkah Negarawan Achmad Purnomo
MINGGU, 07 JUNI 2020
Rekomendasi Gibran, Moral Vs Akal
RABU, 26 FEBRUARI 2020
BUMD versus BUMG
SABTU, 22 FEBRUARI 2020
Langkah Ahimsa Seorang Sri Puryono
SABTU, 26 OKTOBER 2019
Mboten Ngapusi, Mboten Korupsi
RABU, 18 SEPTEMBER 2019